Dampak perubahan iklim terhadap industri perikanan Indonesia di tahun 2023 semakin terasa nyata. Menurut para ahli, perubahan iklim telah menyebabkan kenaikan suhu laut yang menyebabkan migrasi ikan ke perairan yang lebih dingin, serta meningkatkan tingkat asam laut yang berdampak pada kelangsungan hidup plankton sebagai makanan ikan.

Menurut Prof. Dr. Rina Suryani Oktari dari Institut Pertanian Bogor, “Perubahan iklim telah mengubah pola musim dan arus laut di Indonesia, yang secara langsung mempengaruhi reproduksi dan migrasi ikan. Hal ini berdampak besar pada industri perikanan, terutama bagi para nelayan kecil yang bergantung pada hasil tangkapan ikan.”

Dalam situasi ini, para pemangku kepentingan dalam industri perikanan Indonesia di tahun 2023 diharapkan dapat menerapkan kebijakan yang berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim. Hal ini sejalan dengan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan.

Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terjadi peningkatan suhu rata-rata global sebesar 1,5 derajat Celsius di tahun 2023, yang berdampak langsung pada ekosistem laut Indonesia. Hal ini menjadi peringatan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengatasi dampak perubahan iklim terhadap industri perikanan.

Dalam upaya menghadapi tantangan ini, para nelayan dan pelaku industri perikanan di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan melalui diversifikasi hasil tangkapan, penggunaan teknologi ramah lingkungan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam hal adaptasi terhadap perubahan iklim.

Sebagai negara kepulauan dengan potensi sumber daya laut yang besar, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan industri perikanan. Dengan kesadaran akan dampak perubahan iklim, diharapkan langkah-langkah konkret dapat segera diimplementasikan untuk menjaga keberlanjutan sektor perikanan Indonesia di tahun 2023 dan masa depan.